Tentang Penulis
Nurhayati Sri Hardini atau lebih dikenal dengan nama NH.
Dini adalah salah satu pengarang wanita Indonesia yang sangat produktif. Ia
mulai menulis sejak tahun 1951, ketika masih duduk di bangku kelas II SMP. Pendurhaka adalah tulisannya yang
pertama dimuat di majalah Kisah dan
mendapat sorotan dari H.B. Jassin; sedangkan kumpulan cerita pendeknya Dua Dunia diterbitkan pada tahun 1956
ketika dia masih SMA.
Nh. Dini pernah menjadi pramugari Garuda Indonesian
Airways, lalu menikah dengan Yves Coffin, seorang diplomat Prancis, dan
dikaruniai sepasang anak, Marie Claire Lintang dan Pierre Louis Padang.
Setelah lebih
dari 20 tahun melanglang buana, di antaranya tinggal di Jepang, Kamboja,
Filipina, Amerika, Beanda, dan Prancis, pada tahun 1980 Dini kembali ke
Indonesia. Sejak saat itu, pengarang yang mendapat “Hadiah Seni untuk Sastra,
1989” dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ini aktif dalam Wahana
Lingkungan Hidup dan Forum Komunikasi Generasi Muda Keluarga Berencana.
Enam tahun
kemudian (1986), dia mendirikan Pondok Baca Nh. Dini, sebuah taman bacaan untuk
anak – anak yang sampai sekarang terus berkembang dan bercabang – cabang.
Sejumlah
novelnya diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama dan Grasindo. Tahun 1988,
Nh. Dini memenangkan hadiah pertama lomba menulis cerpen dalam bahasa Perancis
se-Indonesia yang diselenggarakan surat kabar Le Monde- Kedutaan Prancis di
Jakarta- Radio Franche Internationale- dengan cerpen berjudul Le Nid de Poison
dans le Baie de Jakarta. Tahun 1991 dia menerima penghargaan “Bhakti Upaprada”
(Bidang Sastra) dari Pemerintah Daerah Jawa Tengah. Dia Juga berkeliling
Australia untuk memberikan ceramah di berbagai universitas atas biaya Australia
– Indonesia Institute.
Tahun 1998, Nh.
Dini diundang Pemerintah Kota Toronto untk membaca karya sastra bersama
pengarang-penyair-dramawan dari Jepang, Korea, Filipina, dan Thailand, di
sebuah yayasan kebudayaan kota tersebut. Tahun 1999, selama tiga bulan Nh. Dini
tinggal di Prancis atas biaya pemerintah Prancis, untuk melakukan riset
penulisan lanjutan Seri Cerita Kenangan.
Tahun 2000
sampai empat tahun kemudian, Nh. Dini tinggal di Graha Wredha Mulya, Sendowo,
Yogyakarta, dan mengisi hari – harinya denga menulis, mengurusi Pondok Baca,
merawat tanaman, dan melukis.
Menjelang akhir
tahun 2006, Nh. Dini bergabung ke Wisma Lansia Langen Werdhasih di Lerep, desa
tenang di lereng Gunung Ungaran, kira –kira 30 km di selatan kota Semarang.
Sinopsis Novel “La Grande Borne”
Pada akhir musim panas tahun 1970 Dini pulang ke Prancis
setelah suami menyelesaikan tugas menutup Konsulat di Danang, Vietnam Utara.
Dini mempunyai suami yang dalam novel tersebut sering disebut “ayahnya anak –
anak” atau “lelaki pilihanku sendiri”. Dini tinggal bersama suami dan kedua
anaknya yang bernama Lintang anak perempuan sulung dan Padang anak laki -
lakinya. Mereka tinggal di Paris tepatnya di La Grande Borne.
Selama tinggal di La Grande Borne hubungan rumah tangganya
dengan suami dirasa semakin tidak baik. Suaminya adalah golongan orang intelek
yang mengetahui banyak hal, tapi kaku.
Sifatnya yang otoriter, mau menang sendiri, dan merasa dia yang berhak
menentukan semuanya sering membuat Dini dan kedua anaknya kesal. Suaminya juga
kurang perhatian terhadap Dini dan juga anak – anaknya. Pekerjaan suami saat
pulang dari bekerja hanya sibuk dengan foto dan kameranya di ruangan. Bahkan
saat Dini sakit, suaminya hanya menemaninya saat dirawat dan setelah itu, untuk
kontrol lagi ke dokter Dini harus melakukannya sendiri.
Walaupun selama tinggal di La Grande Borne Dini selalu
dibuat kesal dan dipenuhi rasa ketegangan juga kesedihan oleh suaminya, ada
saja orang – orang yang selalu membuat dia bahagia. Teman – teman baru dan
sahabatnya selalu membantunya dengan tulus. Sahabatnya Jane serta suaminya
Mireille selalu mengajaknya jalan – jalan dan berlibur. Ada juga seekor kucing
yang bernama Miu yang selalu menghiburnya saat dia di rumah dengan berbagai
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Kebahagiaan itu juga muncul saat Dini
berkencan beberapa hari dengan sang kapten. Dini merasa mendapat ketentraman
dan ketenangan karenanya. Sifatnya berbanding terbalik dengan suaminya. Akan
tetapi, kelanjutan dari hubungan antara Dini dan sang kapten masih menjadi
pertanyaan saya karena dalam novel tersebut tidak dibahas secara menyeluruh.
0 comments:
Post a Comment