Pendekatan psikoanalisis berangkat dari konsep
psikologi, yaitu psikoanalisis (depth psychology) yang diteorikan oleh Sigmund
Freud. Psikoanalisis adalah sebuah teori psikologi yang banyak membicarakan
masalah kesadaran, mimpi, kecemasan, neurotik, emosi, motivasi, dan juga
kepribadian. Freud membagi stuktur kepribadian manusia ke dalam tiga kategori
yang saling berkaitan yaitu id, ego, dan superego. Id adalah
lapisan paling dalam, system kepribadian kodrati, yang sudah terbentuk sejak
lahir. Id mempunyai dorongan yang
kuat untuk berbuat serta tidak mengenal nilai moral. Ego merupakan pengendali tindakan manusia sesuai dengan cara yang
benar sehingga id tidak terlalu terdorong keluar. Pengendali tindakan dan
pikiran yang tidak rasional menjadi rasional. Selanjutnya, Superego pada nantinya akan menentukan tindakan seseorang tersebut
pantas atau tidak pantas dillakukan. Superego
bersifat idealistik dan berfungsi mengontrol tingkah laku agar sesuai dengan
tuntutan nilai – nilai moral. (Burhan Nurgiyantoro,2015:100-101).
Novel Sebelas Patriot adalah Novel karya Andrea
Hirata yang bercerita tentang seorang anak bernama Ikal. Ia ingin melanjutkan
cita – cita ayahnya yang dulunya adalah seorang pemain sepak bola. Mimpi -
mimpi anak tersebut serta rasa kagum kepada ayahnya karena pengorbanan ayahnya
menjadi dua point penting yang muncul
pada bagian awal cerita. Hal tersebut dapat diambil sebagai bahan untuk
menganalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi. Karena hal tersebut
berkaitan dengan teori yang telah disampaikan oleh Sigmund Freud di atas. Dalam
hal ini, kita dapat melakukan analisis dengan cara mengetahui jiwa kepribadian
dari setiap tokoh yang ada dalam novel. Bercerita tentang cinta seorang anak
terhadap ayahnya, pengorbanan seorang ayah, kekecewaan Ikal karena tidak lolos
seleksi pemain PSSI, hal – hal tersebut akan mendukung untuk proses analisis
melalui pendekatan psikologi.
Terciptanya
Mimpi Ikal, Berawal dari Penemuan Album Foto
Larangan ibunya untuk membuka album foto tersebut,
membuat Ikal semakin penasaran. Ikal kemudian menemukan sebuah foto lama,terpampang
gambar seorang laki – laki yang sedang memegang piala. Rasa keingintahuan yang
tinggi yang ada dalam diri Ikal membuat ia berusaha mencari tahu siapa
sebenarnya foto laki – laki itu. Karena ibunya tak ingin memberitahu hal
tersebut, dia kemudian mencari tahu sendiri tentang laki – laki dalam foto itu.
Setelah menemukan jawabannya, ternyata laki – laki yang ada di foto tersebut
adalah ayahnya. Diceritakan bahwa sang ayah seorang pemain sepak bola yang
hebat pada masa itu, saat Indonesia masih dikuasai oleh Belanda. Indonesia
menang dalam pertandingan sepak bola melawan Belanda. Belanda merasa tidak
terima dengan kemenangan yang dimenangkan oleh pemain Indonesia. Dibawalah para
pemain sepak bola Indonesia termasuk ayah Ikal ke Tangsi. Ayah Ikal yang saat
itu dapat lolos kemudian pulang dari Tangsi dengan tempurung kaki kiri yang telah hancur
karena perlakuan Belanda. Kisah pengorbanan yang dilakukan ayahnya terhadap
bangsa Indonesia sampai tempurung kiri kaki ayah Ikal hancur membuat Ikal merasa
kagum dan semakin cinta dengan ayahnya. Ikal berkeinginan untuk menjadi seorang
pemain sepak bola PSSI yang nanti akan membuat bangga sang ayah.
Kekecewaan Ikal karena Gagal Menjadi Pemain
PSSI
Teringat akan kisah pengorbanan ayahnya dahulu serta
didikan keras dari seorang pelatih yang bernama Toharun membuat ia bekerja
lebih keras lagi untuk mencapai mimpinya. Walaupun cara mendidik pelatih
Toharun dengan cara yang keras tetapi Toharun adalah seorang pelatih yang
senang memberi motivasi pada Ikal dalam kutipan “Lupakanlah kekalahan ini, kita berlatih lagi, nanti kita
menang, ya Boi.” Katanya sambil mengelus-elus punggung kami, bahkan membuka
tali sepatu bola kami.”. Kegigihan Ikal terlihat saat ia tidak pernah melewatkan semua kesempatan
untuk mengikuti seleksi pemain PSSI. Pada akhirnya karena kegigihannya, dia
sampai lolos pada seleksi kabupaten. Akan tetapi, pada saat ia mengikuti
seleksi pemain PSSI pada kesempatan yang terakhir, dia gagal dan merasa kecewa.
Dia merasa sudah bekerja keras dengan sekuat tenaga apa yang dia bisa tetapi
kenyataan berkata lain dengan apa yang diinginkannya. Ayahnya berusaha membuat
Ikal sabar dengan apa yang sekarang telah dihadapinya. Menghadapi kenyataan
bahwa Ikal belum bisa menjadi pemain PSSI seperti yang diinginkannya.
Kaos Club
Kesayangan Ayah
Ikal telah mengikhlaskan mimpinya tersebut. Ikal
kuliah di sebuah universitas di luar negeri di Perancis. Pada suatu hari dia
melakukan kegiatan backpacker bersama
Arai. Negara tujuannya adalah Madrid di Spanyol. Club sepak bola Real Madrid adalah salah satu club sepak bola kesayangan ayahnya yang berada di kota itu. Adriana
adalah perempuan yang pertama kali Ikal temui. Dia seorang penjaga toko resmi
atribut Real Madrid. Adriana menawarkan kaos bertanda tangan Louis Figo. Kaos
tersebut lebih mahal dari kaos seperti pada umumnya. Ikal berjanji akan kembali
lagi dan membeli kaos tersebut setelah uangnya mencukupi. Dia bekerja keras
untuk mendapatkan uang guna membeli kaos tersebut dengan cara menjadi pekerja
serabutan. Ayah Ikal penggemar Louis Figo. Ikal ingin menghadiahkan kaos
tersebut pada ayahnya. Setelah beberapa waktu bekerja, cukuplah uang tersebut
untuk membeli kaos Louis Figo. Sampai di toko, kekecewaan telah menimpanya
lagi. Kaos Louis Figo yang dia impikan untuk diberikan pada ayahnya telah
terjual semua. Tidak ada yang tersisa. Ikal merasa usaha yang telah dilakukan
selama ini sia – sia. Akan tetapi, kekecewaannya tersebut kemudian terobati
saat Adriana mengatakan bahwa sebenarnya dia menyimpan satu kaos Louis Figo
lengkap dengan tanda tangannya untuk diberikan pada Ikal saat suatu saat
Ikal telah mempunyai cukup uang untuk membeli. Akhirnya Ikal mendapatkan Kaos
tersebut untuk di berikan pada ayahnya.
Psikoanalisis
Tokoh Ikal
Ikal sebagai tokoh utama dalam Novel
Sebelas Patriot merupakah tokoh yang menunjukkan kepribadian jiwa seorang anak
yang cinta terhadap ayahnya. Dibuktikan dengan niatnya untuk menjadi seorang pemain sepak bola hebat seperti sang
ayah. Usahanya untuk mewujudkan mimpi tersebut dengan cara berusaha dengan
gigih, berlatih keras, dan pantang menyerah. Walaupun pada akhirnya dia tidak
bisa mencapai keberhasilannya menjadi seorang pemain PSSI tapi dia tidak
berputus asa. Setidaknya dia telah menunjukan kepada ayahnya mengenai usaha –
usaha yang telah ia lakukan selama ini. Dia kemudian berkuliah di luar negeri.
Hal tersebut dapat mengurangi rasa kekecewaan yang dulu pernah ia alami karena
tidak dapat lolos menjadi pemain PSSI. Rasa cinta pada ayahnya tak pernah
pudar. Pada saat di Madrid, Spanyol, dia ingin memberikan kado istimewa berupa
kaos Louis Figo untuk sang ayah. Kaos Louis Figo tersebut dia dapatkan tak
lepas dari perjuangan demi mendapatkan kaos tersebut. Dengan jiwa pengorbanan
dan niat yang ada dalam hati untuk memberikan kado tersebut pada ayahnya dia
rela bekerja serabutan untuk dapat mengumpulkan uang guna membeli kaos
tersebut.
0 comments:
Post a Comment