Tuesday, 21 May 2019

Sinopsis Novel "Ketika Mas Gagah Pergi"

Standard
Ketika Mas Gagah Pergi – Asma Nadia

source: shoopee.co.id


Mas Gagah merupakan mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Indonesia. Adiknya yang bernama Gita selalu membanggakan kakaknya. Seorang laki – laki yang berparas tampan, pintar, dan periang itu kini telah berubah. Berubah menjadi seorang yang alim. Hal tersebut terjadi setelah Mas Gagah pergi ke Ternate untuk menyelesaikan penelitian skripsinya. Di sana ia mendapatkan sebuah pengalaman yang membuatnya semakin dekat dengan Islam. Setelah menyelesaikan penelitian skripsinya di Ternate ia pulang. Semenjak itu ia sering mengikuti kajian di beberapa masjid, mendengarkan lantunan ayat suci Al Quran, dan melakukan aktivitas mengajar serta membantu anak pengamen dan pemulung yang tak bersekolah. Perubahan yang terjadi pada kakaknya itu tak begitu disenangi oleh adiknya. Apalagi disela – sela adiknya mendengarkan musik, bersamaan dengan itu Mas Gagah memutar lantunan suci ayat Al Qur’an di kamarnya. Mas Gagah bukan seperti yang dulu lagi. Ia juga menjaga jarak dengan perempuan yang bukan mukhrimnya. Gita tidak suka dengan Mas Gagah yang sekarang karena dianggap norak dan terlalu fanatik terhadap agama.
Pernah suatu ketika Mas Gagah bertemu dengan beberapa preman di suatu daerah. Pertemuan antara preman dengan Mas Gagah tersebut membuat preman itu menemukan hidayahnya. Selanjutnya mereka bertaubat setelah diberikan sedikit nasihat dan ceramah oleh Mas Gagah. Hubungan mereka tidak hanya sampai di situ saja. Dengan adanya hal tersebut, mereka menjadi teman baik. Bahkan, saat Mas Gagah mengajar anak – anak di daerah itu, Mas Gagah disambut dengan gembira oleh para preman itu. Tidak hanya ilmu saja yang ia berikan. Mas Gagah juga sering membantu mereka dalam bentuk logistik.
Mas Gagah selalu berusaha membuat adiknya berubah. Ia selalu mengatakan bahwa islam itu indah, islam itu adalah cinta. Seiring waktu berjalan, Gita yang dulu tidak suka dengan sikap Mas Gagah yang berubah menjadi alim itu sekarang mulai menampakkan perubahannya. Gita seorang gadis tomboi yang selalu merasa terganggu ketika Mas Gagah memutar murotal Al Quran itu, berubah menjadi seorang gadis berjilbab yang tidak lagi seperti anak laki - laki. Dia menjadi gadis yang terlihat anggun dengan jilbab dan baju muslimnya. Mas Gagah sering mengajaknya untuk pergi ke kajian di beberapa Masjid. Ia senang mendatangi kajian bersama dengan kakaknya. Bahkan, suatu ketika ia pernah diajak ke sebuah kajian dan ternyata pembicara yang ada dalam kajian tersebut adalah kakaknya sendiri. Sayangnya, Mas Gagah pergi terlalu cepat. Mas Gagah meninggalkan dia untuk selama – lamanya. Kakaknya itu meninggal karena mencoba menenangkan kerusuhan yang terjadi di salah satu tempat di pemukiman kumuh. Saat itu Mas Gagah tidak dapat menanganinya sendiri. Ia terluka parah. Ia di bawa ke rumah sakit. Gita terkejut mendengar kakaknya masuk rumah sakit. Hari itu bertepatan juga dengan hari ulang tahun Gita. Mas Gagah dirawat di rumah sakit dan belum menunjukan keadaan yang membaik hingga akhirnya Mas Gagah meninggal dunia.
Selepas Mas Gagah meninggal, dia mulai mengikuti jejak kakaknya . Disambangi pula kawasan kumuh tempat kakaknya dahulu sering mengajar dan menyadarkan beberapa preman untuk bertaubat di sana. Gita semakin semangat saja. Teman – teman dekat Gita pun satu per satu juga mengalami perubahan yang sama. Teman Gita yang tadinya belum mengenakan jilbab mulai mengikuti Gita untuk mengenakan jilbab. Dalam kehidupan sehari –harinya dia selalu menolong orang lain yang mendapat ancaman bahaya. Seperti saat berkelahi dengan pencoleng yang ada dalam angkutan umum. Gita tidak mengetahui bahwa pencoleng yang diajaknya berkelahi tersebut telah menjadi buronan polisi. Hobi Gita adalah bela diri. Tak disangka, pencoleng tersebut dapat tertangkap berkat kemampuan bela dirinya hingga kemudian Gita dapat melumpuhkannya.  Semenjak kejadian itu, dia ramai diperbincangkan di media televisi maupun koran. Banyak wartawan yang mencarinya untuk diwawancarai.
Sekarang Gita telah kuliah di Universitas Indonesia. Ia sering naik angkutan umum untuk pergi ke kampus. Saat ia pulang kuliah, di angkutan umum yang ia tumpangi, ada seorang pemuda sedang memberikan ceramah. Ceramah itu gratis tanpa harus penumpang yang ada di sana memberikan uang seikhlasnya seperti pengamen pada umumnya. Gita penasaran dengan orang itu. Orang itu mengingatkan ia akan kakaknya. Tidak hanya satu atau dua kali saja ia bertemu dengan pemuda itu. Ternyata pemuda itu memang sering memberikan ceramah gratis di angkutan umum. Ia terus mencari tahu hingga akhirnya ia mengetahui bahwa pemuda itu bernama Abdullah.
Pada suatu ketika, saat Gita berada di dalam angkutan. Angkutan itu tiba – tiba berhenti. Hal tersebut karena ternyata di depan angkutan itu telah terjadi tawuran antar pelajar. Angkutan itu berhenti karena dihadang oleh para pelajar yang terlibat tawuran. Beberapa pelajar SMA itu masuk dalam angkutan dan membuat kerusuhan di sana. Kebetulan saat itu Abdullah juga sedang berada dalam angkutan itu. Abdullah yang berniat ingin melindungi Gita dari tindakan kerusuhan para pelajar itu justru malah terkena senjata tajam yang di bawa pelajar itu. Darah itu bercucuran ditubuh Abdullah. Kemudian Gita yang ada di sana segera meminta pertolongan orang – orang sekitar dan  membawa Abdullah menuju rumah sakit. Semenjak kejadian tersebut Gita maupun Abdullah telah lama tak bertemu. Abdullah juga jarang ditemui di angkutan umum. Tidak seperti dahulu yang sering sekali di temui di angkutan umum sepulang dari ia kuliah.
Hari itu Gita telah dinyatakan lulus dari kampusnya. Akhirnya, setelah beberapa tahun ia kuliah sekarang ia telah mendapatkan gelar sarjana. Setelah ia lulus Gita melamar ke sebuah perusahaan. Ia mempersiapkan berkas – berkas lamaran hingga kemudian ia sampai pada tahap wawancara. Ia tak pernah mengira sebelumnya bahwa ia akan bertemu dengan Abdullah. Seseorang yang dulu akan menolongnya dari kerusuhan para pelajar di angkutan itu dan malah Abdullah sendiri yang terkena batunya saat itu. Seseorang yang di bawanya ke rumah sakit karena luka yang di sebabkan oleh senjata tajam yang di bawa oleh pelajar itu. Sosok Abdullah yang mengingatkannya pada kakaknya yaitu Mas Gagah. Ia sangat senang sekali bertemu dengan Abdullah. Gita berterima kasih karena Abdullah telang menolongnya waktu itu. Akan tetapi, Abdullah tidak kalah juga ingin berterima kasih kepada Gita karena telah membawanya ke rumah sakit waktu itu.

0 comments:

Post a Comment