Mas
Gagah merupakan mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Indonesia. Adiknya
yang bernama Gita selalu membanggakan kakaknya. Seorang laki – laki yang
berparas tampan, pintar, dan periang itu kini telah berubah. Berubah menjadi
seorang yang alim. Hal tersebut terjadi setelah Mas Gagah pergi ke Ternate
untuk menyelesaikan penelitian skripsinya. Di sana ia mendapatkan sebuah
pengalaman yang membuatnya semakin dekat dengan Islam. Setelah menyelesaikan
penelitian skripsinya di Ternate ia pulang. Semenjak itu ia sering mengikuti
kajian di beberapa masjid, mendengarkan lantunan ayat suci Al Quran, dan
melakukan aktivitas mengajar serta membantu anak pengamen dan pemulung yang tak
bersekolah. Perubahan yang terjadi pada kakaknya itu tak begitu disenangi oleh
adiknya. Apalagi disela – sela adiknya mendengarkan musik, bersamaan dengan itu
Mas Gagah memutar lantunan suci ayat Al Qur’an di kamarnya. Mas Gagah bukan
seperti yang dulu lagi. Ia juga menjaga jarak dengan perempuan yang bukan
mukhrimnya. Gita tidak suka dengan Mas Gagah yang sekarang karena dianggap
norak dan terlalu fanatik terhadap agama.
Pernah
suatu ketika Mas Gagah bertemu dengan beberapa preman di suatu daerah.
Pertemuan antara preman dengan Mas Gagah tersebut membuat preman itu menemukan
hidayahnya. Selanjutnya mereka bertaubat setelah diberikan sedikit nasihat dan
ceramah oleh Mas Gagah. Hubungan mereka tidak hanya sampai di situ saja. Dengan
adanya hal tersebut, mereka menjadi teman baik. Bahkan, saat Mas Gagah mengajar
anak – anak di daerah itu, Mas Gagah disambut dengan gembira oleh para preman
itu. Tidak hanya ilmu saja yang ia berikan. Mas Gagah juga sering membantu
mereka dalam bentuk logistik.
Mas
Gagah selalu berusaha membuat adiknya berubah. Ia selalu mengatakan bahwa islam
itu indah, islam itu adalah cinta. Seiring waktu berjalan, Gita yang dulu tidak
suka dengan sikap Mas Gagah yang berubah menjadi alim itu sekarang mulai menampakkan
perubahannya. Gita seorang gadis tomboi yang selalu merasa terganggu ketika Mas
Gagah memutar murotal Al Quran itu, berubah menjadi seorang gadis berjilbab
yang tidak lagi seperti anak laki - laki. Dia menjadi gadis yang terlihat
anggun dengan jilbab dan baju muslimnya. Mas Gagah sering mengajaknya untuk
pergi ke kajian di beberapa Masjid. Ia senang mendatangi kajian bersama dengan
kakaknya. Bahkan, suatu ketika ia pernah diajak ke sebuah kajian dan ternyata
pembicara yang ada dalam kajian tersebut adalah kakaknya sendiri. Sayangnya, Mas
Gagah pergi terlalu cepat. Mas Gagah meninggalkan dia untuk selama – lamanya. Kakaknya
itu meninggal karena mencoba menenangkan kerusuhan yang terjadi di salah satu
tempat di pemukiman kumuh. Saat itu Mas Gagah tidak dapat menanganinya sendiri.
Ia terluka parah. Ia di bawa ke rumah sakit. Gita terkejut mendengar kakaknya
masuk rumah sakit. Hari itu bertepatan juga dengan hari ulang tahun Gita. Mas
Gagah dirawat di rumah sakit dan belum menunjukan keadaan yang membaik hingga
akhirnya Mas Gagah meninggal dunia.
Selepas
Mas Gagah meninggal, dia mulai mengikuti jejak kakaknya . Disambangi pula
kawasan kumuh tempat kakaknya dahulu sering mengajar dan menyadarkan beberapa
preman untuk bertaubat di sana. Gita semakin semangat saja. Teman – teman dekat
Gita pun satu per satu juga mengalami perubahan yang sama. Teman Gita yang
tadinya belum mengenakan jilbab mulai mengikuti Gita untuk mengenakan jilbab. Dalam
kehidupan sehari –harinya dia selalu menolong orang lain yang mendapat ancaman
bahaya. Seperti saat berkelahi dengan pencoleng yang ada dalam angkutan umum. Gita
tidak mengetahui bahwa pencoleng yang diajaknya berkelahi tersebut telah
menjadi buronan polisi. Hobi Gita adalah bela diri. Tak disangka, pencoleng
tersebut dapat tertangkap berkat kemampuan bela dirinya hingga kemudian Gita dapat
melumpuhkannya. Semenjak kejadian itu,
dia ramai diperbincangkan di media televisi maupun koran. Banyak wartawan yang
mencarinya untuk diwawancarai.
Sekarang
Gita telah kuliah di Universitas Indonesia. Ia sering naik angkutan umum untuk
pergi ke kampus. Saat ia pulang kuliah, di angkutan umum yang ia tumpangi, ada
seorang pemuda sedang memberikan ceramah. Ceramah itu gratis tanpa harus
penumpang yang ada di sana memberikan uang seikhlasnya seperti pengamen pada
umumnya. Gita penasaran dengan orang itu. Orang itu mengingatkan ia akan
kakaknya. Tidak hanya satu atau dua kali saja ia bertemu dengan pemuda itu.
Ternyata pemuda itu memang sering memberikan ceramah gratis di angkutan umum.
Ia terus mencari tahu hingga akhirnya ia mengetahui bahwa pemuda itu bernama
Abdullah.
Pada
suatu ketika, saat Gita berada di dalam angkutan. Angkutan itu tiba – tiba
berhenti. Hal tersebut karena ternyata di depan angkutan itu telah terjadi
tawuran antar pelajar. Angkutan itu berhenti karena dihadang oleh para pelajar
yang terlibat tawuran. Beberapa pelajar SMA itu masuk dalam angkutan dan
membuat kerusuhan di sana. Kebetulan saat itu Abdullah juga sedang berada dalam
angkutan itu. Abdullah yang berniat ingin melindungi Gita dari tindakan
kerusuhan para pelajar itu justru malah terkena senjata tajam yang di bawa
pelajar itu. Darah itu bercucuran ditubuh Abdullah. Kemudian Gita yang ada di
sana segera meminta pertolongan orang – orang sekitar dan membawa Abdullah menuju rumah sakit. Semenjak
kejadian tersebut Gita maupun Abdullah telah lama tak bertemu. Abdullah juga
jarang ditemui di angkutan umum. Tidak seperti dahulu yang sering sekali di
temui di angkutan umum sepulang dari ia kuliah.
Hari itu Gita telah dinyatakan lulus dari
kampusnya. Akhirnya, setelah beberapa tahun ia kuliah sekarang ia telah
mendapatkan gelar sarjana. Setelah ia lulus Gita melamar ke sebuah perusahaan.
Ia mempersiapkan berkas – berkas lamaran hingga kemudian ia sampai pada tahap
wawancara. Ia tak pernah mengira sebelumnya bahwa ia akan bertemu dengan
Abdullah. Seseorang yang dulu akan menolongnya dari kerusuhan para pelajar di
angkutan itu dan malah Abdullah sendiri yang terkena batunya saat itu.
Seseorang yang di bawanya ke rumah sakit karena luka yang di sebabkan oleh
senjata tajam yang di bawa oleh pelajar itu. Sosok Abdullah yang
mengingatkannya pada kakaknya yaitu Mas Gagah. Ia sangat senang sekali bertemu
dengan Abdullah. Gita berterima kasih karena Abdullah telang menolongnya waktu
itu. Akan tetapi, Abdullah tidak kalah juga ingin berterima kasih kepada Gita
karena telah membawanya ke rumah sakit waktu itu.
0 comments:
Post a Comment